*Cerpen Remaja Cinta Dan Kesedihan

Advertisement
Widyadara » Cerpen Cinta dan Kesedihan: Kisah asmara remaja pastinya seru dan menarik buat dibicarain dan ditulis dalam beberapa cerita pendek remaja tentang cinta, persahabatan dan kehidupan lainnya. Seperti sebuah cerpen cinta remaja berikut yang lumayan seru dan menyedihkan.

Oke deh, ga usah banyak kata lagi, silahkan langsung aja dibaca aja sebuah cerita pendek remaja tentang cinta dan kesedihan berikut:

Cerpen Cinta dan Kesedihan

"REGRET"
(Oleh: Lia Agustini)

***
"Abis ini kita kemana lagi Din?" tanya Rani sambil memacu laju motor kesayangannya.
"Ga tau terserah kamunya aja deh" jawab Dina sambil memegang erat pinggang temannya. Maklum lah temannya selalu ngebut kalo lagi bawa motor.
"Tapi kamu gapapa pulang lama-lama?"
"Ga kok, gak papa. Kan aku udah ijin sama mama aku"
"Oke deh!"
"Tapi sumpah ya aku ga pernah mikirin kalo suatu saat nanti aku bakalan jalan-jalan bareng sama sahabat terbaik aku. Kaya kita gini hehehe"
"Iya iya aku juga"
"Halah kamu taunya ikut-ikut kata-kata aku aja"
"Idih sapa juga yang ikut-ikut kamu"
"Eh eh liat tuh ada somay, mauuuu" cibir Dina sambil menunjuk ke arah tukang siomay.
"let’s go!"
Mereka pun langsung menepi dan memesan somay sesuai selera mereka. Sambil makan siomay, mereka pun melaksanakan tugas mereka sebagai wanita.

***
#NGEGOSIP...

Apalagi kerjaan cewek kalo lagi ngumpul. Tapi kalo soal ngegosip, Dina jagonya. Kalo lagi nge-gosip tuh, Dina ga pandang buluh (waw!). Ga peduli cewek atau cowok, dari yang muda sampe yang tua, dari yang waras sampe ga waras, dari yang feminin sampe yang tomboy, dari yang malas sampe yang rajin (apaan sih??).
Sampe-sampe ada temennya yang bilang ke dia "kalo ngobrol sama Dina, serasa lagi pake daster sambil nge-gendong anak trus sambil masak. Gara–gara keasyikan ngobrol masakannya sampe gosong".

Tiba-tiba Rani menanyakan tentang hubungan Dina dengan pacarnya.
"Din, kamu masih sama Dimas kan?"
"Apaan sih. Udah engga.. tau!"
"Yang bener dong din"
"Iya. Siapa juga yang mau nungguin dia di Surabaya sana. Cape deh!"
"Jahat kamu. Kaya aku dong"
"kamu tuh yang lebih jahat daripada aku. Kamu pacaran sama Ando tapi kamu HTS-an sama Dika"
"Terserah aku dong hihihi"
"Yaudah terserah aku juga dong"
"Tapi kamu beruntung. Dimas itu orangnya tulus lo Din. Dia pernah curhat ke aku tentang kamu sampe nangis-nangis gitu."
"Trus? Yah bisa aja kan abis nangis dia ngobrol-ngobrol sama cewek lain. Trus waktu di tanya cewek itu kenapa matanya bengkak, pasti dia jawab: 'aku kangen sama kamu, saking rindunya sama kamu aku jadi nangis'. Udah ketebak deh tingkahnya. Dan untungnya sampe sekarang aku ga pernah percaya sama rayuan dia. Alhamdulillah deh hahaha.."
"susah ya kamu percaya sama dia"
"banget!"
"Eh Din udah sore nih. pulang yuk.."

***
"Kamu darimana aja sih Din?" tanya papa Dina yang lagi heran ngeliat Dina pulang sore.
Tumben aja. Biasanya Dina hobinya ngurung diri di kamar, dengerin mp3, facebook-an, sambil searching lirik lagu yang pas sama keadaannya (hehehehe).
"Abis jalan sama temen Pa" jawab Dina malas.
"Tuh tadi ada kiriman bunga buat kamu, tapi papa ga tau pengirimnya siapa. Bunganya papa taruh di kamar kamu"
"kok papa ga tanya aja sama yang ngasih bunga nya"
"katanya rahasia. Pengirimnya ga mau identitasnya di ketahui"
"yaudah kalo gitu kenapa ga langsung papa buang aja bunganya"
"udah sana kamu liat dulu bunganya"

Dina pun langsung berlari menuju kamarnya. Dia penasaran sama bunga yang pengirimnya misterius. Begitu memasuki kamarnya, dia pun segera mengambil bunga di atas tempat tidurnya. Ada secarik kertas yang bertuliskan:

Mungkin ku tak akan bisa
Jadikan dirimu
Kekasih yang seutuhnya mencinta
Namun ku relakan dirimu
Jika hanya setengah hati
Kau sejukkan jiwa ini..

"Basi! Ini kan lirik lagu" cetus Dina sambil memasukkan kembali secarik kertas itu ke dalam bingkisan bunga dan meletakkannya ke meja belajarnya. Dia pun segera mengirim sms kepada orang yang di duganya telah mengirim bingkisan bunga itu.

Send to : mas Dimas (087865464xxx)
Ngpain ngirim lrk lgu k Dina?

Tak berapa lama handphone nya berdering. Dia pun segera mengangkatnya.

"halo Dina" terdengar suara penuh semangat dari seberang sana. Dimas.
"iya"
"dik, mas lagi di Jambi loh"
"trus?"
"kok gitu?"
"jadi? Dina mesti kasih selamat, ngadain pesta tujuh hari tujuh malam buat nyambut kedatangan mas?"
"hehehe.. ga gitu juga kali dik"
"ingat kan sama janji-janji adik ke mas?"
"janji? Emang Dina pernah janji?"
"ya lah, masa lupa"
"mas aja bisa lupa sama janjinya sendiri. Dina bisa juga dong lupa sama janji Dina"
"apa?"
"ga dengar ya mas?"
"iya"
"yauda deh"
"jalan-jalan ya besok"
"siapa?"
"aduh dik, ga berubah-berubah ya kamu. Yah kita lah"
"harus?"
"yaah, kan udah lama enggak. Rinduuu"
"kirain bakalan udah ga ketemu-ketemu lagi"
"kok gitu? Oh iya mas belum jelasin kenapa mas ngilang ga ada kabar selama ini"
"engga usah deh mas. Ntar kalo mas udah capek-capek jelasi trus Dina ga percaya sama yang mas bilang, kan kasian mas nya"
"Dina kenapa sih? Lagi em"
"engga mas, mau ngerjain tugas nih. Udah dulu ya mas. Bye"

Dina langsung mematikan telfonnya. Air mata pun menetes di pipinya. Cowok yang telah menghilang selama dua tahun, kini kembali lagi menghampirinya. Sewaktu Dimas masih berada di Jambi, mereka sempat berpacaran. Setelah 8 bulan pacaran, Dimas pergi ke Surabaya untuk melanjutkan kuliah Ekonomi Pembangunan-nya. Dan sebelum mereka berpisah, mereka sempat berjanji untuk saling menjaga hati masing-masing.
Pada saat itu Dina mengiyakannya dengan setengah hatinya. Ia antara percaya dan tidak dengan Dimas. Karena menurutnya istilah "menjaga hati" itu lucu, apalagi untuk seorang cewek. Apalagi Dimas mempunyai tampang keren, dan banyak di kagumi cewek-cewek.

"mestinya kamu ga usah hubungi aku lagi, biarin aku lupain kamu gitu aja. Kamu ga tau gimana aku selama dua tahun ini tanpa ada kamu. Jangan datang ke kehidupan aku lagi" isak Dina.

***
"Rani!"
Rani langsung mencari darimana suara yang memanggil namanya berasal. Ternyata dia melihat Dimas berdiri di samping mobilnya sambil melambaikan tangan ke arahnya.
"mas Dimas??"
Dimas pun langsung menghampiri Rani.
"apa kabar kamu Ran?"
"baik mas. Waduh kapan datangnya nih mas?"
"kemarin. Nih kamu mau kuliah? Dina udah datang belum?"
"hmmm.. ga tau nih mas. Aku juga baru datang nih."
"mas mau ketemu sama dia? Kok ga datang langsung ke rumahnya?" kata Rani sambil melirik cincin di jari manis tangan kanan Dimas. Matanya melotot. Dia kaget dan menyangka itu adalah cincin tunangan Dimas. "wah gawat nih" pikirnya.

Melihat tingkah Rani yang aneh, dia pun segera mencoba menanyakan mengapa Rani bertingkah seperti itu.
"Kamu kenapa Ran?"
"eh gapapa kok mas." jawab Rani gelagapan.
Tiba-tiba terdengar suara seorang cewek memanggil Rani. Spontan mereka berdua pun menoleh ke arah cewek tersebut. Dina kaget melihat Rani bersama dengan Dimas. Ia pun langsung berlari. Spontan Dimas langsung mengejar Dina.
"Dina mas mau ngomong sama kamu." Dina tak menghiraukan perkataan Dimas.
"Dina! Dina!" teriak Dimas.

Akhirnya Dina pun berhenti. Mereka berdua hanya diam. Saling bertatap muka.
"kamu ga mau jumpa sama mas lagi?"
Dina hanya terdiam tanpa menghiraukan perkataan Dimas.
"Dina, jangan diam aja. Ngomong dong. Selama ini mas ga ada hubungin kamu karna mas lagi sibuk nyusun skripsi, nyusun ini itu buat wisuda mas. Mas harap kamu ngerti"
"aku ngerti. Dina sekarang yang butuh pengertian mas untuk ga nemuin Dina lagi."
"maksud kamu apa?"
"kurang jelas apalagi sih mas? Dina bilang jangan temuin Dina lagi."
"tapi mas ga bisa Din."
"selama ini kan mas bisa enggak hubungin Dina."
"tapi kan mas ada alasan kenapa ga hubungi kamu."
"selama ini Dina udah ngelupain mas, Dina ga mau mas datang lagi ke kehidupan Dina"
Dina pun langsung pergi meninggalkan Dimas. Dimas hanya terdiam mendengar perkataan Dina.

***
Melihat wajah sedih Dina, Rani pun langsung menghampirinya.
"kamu kenapa Din, cerita dong sama aku"
"eh, gapapa kok Rin"
"jangan bohong"
"menurut kamu aku salah ga bilang sama mas Dimas supaya ga usah ngehubungi aku lagi?"
"hah? kenapa kamu bilang gitu?"
"kan aku udah bilang sama kamu, selama ini aku udah terbiasa tanpa dia. Aku ga mau ntar aku galau-galau lagi gara-gara dia"
"hmmm.. Eh kamu liat ga ada cincin di jari tangannya?"
"maksud kamu?"
"aku tadi liat ada cincin di tangan kanan-nya, di jari manis nya" kata Rani sambil menunjuk jari manisnya.
"itu berarti...."
"maybe"
"nevermind i’m find someone better than him" kata Dina sambil melagukannya dengan lagu Adelle Someone Like you tapi liriknya diganti (hehehe)
"idiihh lagu apaan tuh. Tapi kayanya ga mungkin deh"
"udah ah ga usah dipikirin"
"paling ntar dia nge-sms kata-kata lebai gitu ke kamu"
"hehehe iya yah"
"udah ah yuk masuk kelas"
Dina masih memikirkan soal cincin di jari manis Dimas. Dia bertanya-tanya apakah benar Dimas udah bertunangan. Kenapa Dimas ga ada ngasih tau soal pertunangannya. Apakah selama ini Dimas ga ada hubungi dia karna Dimas udah bertunangan.

***
1 bulan kemudian...
"Pokoknya Dina ga mau pindah. Dina mau disini aja" bentak Dina kepada papa dan mamanya.
"Tapi Din, papa mau pindah tugas. Ga mungkin kan kamu disini sendirian" bujuk papanya.
"Dina ga mau pindah-pindah kuliah lagi. Dina udah punya banyak teman disini. Dina udah bahagia disini pa.. ma.."
"Dina, mama juga ga mau pindah-indah gini. Capek. Tapi kamu harus ngerti ya sayang. Kan nanti di jakarta kamu ketemu sama teman baru kamu kan" bujuk mamanya lagi.
"tapi pa... ma..." Dina langsung pergi meninggalkan mama dan papanya.
Dina membanting kesal pintu kamarnya.

***
Dimas melihat kalender kecil di meja belajar kamarnya. Dia melingkari tanggal 6 januari dengan spidol birunya dan menuliskan "Dina’s birthday :*"
"sudah satu bulan aku nurutin permintaan kamu Din." pikirnya dalam hati.

Tangannya masih aja sibuk mengetik-ngetik nomor yang akan di hubungi nya, tapi dia ragu untuk menelponnya. Akhirnya dia memberanikan diri untuk menelponnya. Tapi dia mematikan lagi telponnya, dia belum cukup berani untuk menelpon seseorang tersebut. Dia berfikir akan lebih baik lagi jika ia menelponnya tepat jam duabelas nanti. Dia ingin menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun pada Dina.
Dimas mengambil album foto dan membuka lembaran demi lembaran, terlintas lagi saat-saat indah bersama Dina. Saat mereka berjalan-jalan di sebuah taman, saat-saat dia pertama kali mengatakan cinta kepada Dina.

"Dina, bapak kamu tukang AC ya?" tanya Dimas yang bermaksud untuk menggombalin Dina.
"Bukan!" cetus Dina.
"Yaah bilang iya aja napa Din"
"Aku udah tau pasti jawabannya 'pantesan sejuk dekat kamu' yakan? Aku ga suka di gombalin"
"Dina suka lagu korea ya? Mas juga suka tu yang nama boyband nya Boyfriend"
"trus?"
"mas mau jadi boyfriend nya Dina"
"hahaha LUCU YAA!"
"mas serius!"
"mas jangan becanda deh. Mas itu 'no days without kidding'."
"yaudah nih mas bener-bener serius ya. Mas sayang sama Dina"
"jangan becanda deh mas"
"Mas ga peduli. Pokonya kita pacaran. Mas itu tau Dina orangnya gimana. Di mulut bilang engga tapi hatinya bilang iya"
Dina terdiam sejenak.
"Mas ga romantis." cibir Dina.
Mendenagar perkataan Dina, Dimas pun berdiri berlutut menghadap Dina. Spontan orang-orang pun memperhatikan mereka berdua. Dimas menatap dalam-dalam mata Dina, Dina pun terdiam melihat tingkah Dimas. Dimas menyanyikan lagu Ada Band - Haruskah Ku Mati.

Dimas hanya tersenyum mengingat kenangannya itu. Dia segera bergegas pergi ke toko kado untuk mencari kado yang pernah dijanjikannya kepada Dina. Setelah dia menemukan Teddy Bear berwarna ungu, dia pun segera bergegas pulang dengan harapan Dina akan bersikap seperti dulu lagi padanya.

***
Tepat pukul 12 malam, di hari ulang tahun Dina. Hape Dina berdering, Dina pun mengeluh sambil mengangkat telfon,
"siapa sih nelfon malam-malam gini?" pikirnya kesal.
"halo Dina selamat ulang tahun ya"
"hah? ii..ii.. ya makasi ya mas"
"kamu kenapa?"
"gapapa mas, aku kaget aja. Soalnya aku lupa sama ulang tahun aku"
"hmmmm.. o iya mas mau jumpa sama kamu nanti siang. Bisa ga?"
"hah? ga bisa mas"
"kenapa?"
"pokoknya ga bisa mas"
"kamu ga mau ketemu sama mas lagi ya?"
"iya"
Dimas hanya terdiam mendengar perkataan Dina.
"o iya Din, kemarin mas datang ke rumah kamu kok ga ada siapa-siapa ya?"
Dina lupa untuk memberitahukan bahwa dia udah pindah. Tapi dia memikirkan bahwa ini emang jalan terbaik agar dia tidak bertemu lagi dengan Dimas.
"mungkin waktu itu kami lagi pergi mas. Udah dulu ya mas aku mau tidur"
"tunggu Din, mas tetap mau ketemu sama kamu. Dimana pun kamu sekarang, gimana pun caranya. Mas tetap datang ke rumah kamu nanti siang"
Dimas langsung menutup telfonnya.

***
Hari ini, inbox Dina penuh dengan ucapan-ucapan selamat ulang tahun dari teman dan keluarganya.
"selamat ulang tahun ya sayang" papa dan mamanya mengecup lembut kening Dina.
"makasih ya ma.. pa.. Hmm.. kadonya mana?"
"kamu ini taunya kado aja sih" ejek papanya.
"kado dari mama doa aja ya" goda mamanya.
"papa sama mama pelit" keluh Dina.
"o iya, pa, ma. Papa sama mama masih ingat sama mas Dimas kan?" tanya Dina.
"ingat dong" jawab mamanya.
"Dia udah tunangan ya ma?"
"Kamu ini ada ada aja sih, kemarin mama ketemu sama papanya. Tapi papanya ga ada cerita apa apa kok. Lagian kalo dia tunangan, masa kita ga ada di undang. Ya kan?"
"oh gitu ya ma"
"kamu kenapa? Cemburu?" goda papanya.
"engga kok pa"
"kalian pacaran ya?"
"idih gosip darimana tuhh pa"
Selama ini orang tua Dina tidak mengetahui sedikit pun hubungan dina dengan Dimas. Tapi orang tua mereka saling kenal satu sama lain karena ada hubungan pekerjaan antara Papa Dina dengan Papa Dimas.
"Dina, gimana kalo kita pergi makan di luar" ajak papanya.
"wah ide bagus tuh paaa"
"oke, yaudah kamu siap-siap dulu gih sana"
"oke pa"

***
"pa.. ma.. aku udah siap nih" keluh Dina yang udah tidak sabar lagi untuk pergi.
"dina" mamanya keluar dengan raut wajah murung.
"mama kenapa sih?"
"Dimas kecelakaan. Katanya parah Din, kita mesti kesana"
"apa?? Mama jangan bohong sama Dina"
"mama baru aja di telfon sama mamanya Dimas"
"ga mungkin ma" Dina meneteskan air matanya.
Tiba-tiba hape Dina berdering. Dia pun segera mengangkatnya.
"Dina, mas dimas ke.. ke.. celaka.. kaan Diinnn"
"kamu serius Ran?? Rani please jangan bohongin aku"
"ii..iiya Din. Kata mamanya Dimas, dia mau keluar buat ketemu sama seseorang. Dia keluar bawa mobil Din. Padahal kan dia belum gitu bisa bawa mobil makanya dia kecelakaan. Katanya parah lukanya Din. Kamu mesti cepat kemari. Kasian dia din"
Dina pun segera menutup telfonnya. Perasaannya sangat takut, dan segera mengajak papa dan mamanya untuk pergi melihat Dimas.

Setelah sampai di rumah sakit...
Dina melangkah pelan menuju tempat tidur Dimas. Ia melihat Dimas terbaring tak berdaya, disamping terlihat mamanya menangis tersedu-sedu.
Dina berdiri di sisi kiri Dimas. Dimas pun tersenyum melihatnya sambil menahan sakit.

"akhirnya aku ketemu kamu din. Kenapa kamu ga kasih tau mas kalo kamu udah pindah rumah? Mas nungguin kamu tadi" ucap Dimas yang kesulitan untuk berbicara akibat luka di samping bibirnya.
"mas maafin aku" ucap Dina sambil menahan tangisnya, tapi tetap saja air matanya mengalir terus membasahi pipinya.
"selamat ulang tahun Din. Maafin mas yang selalu ganggu kamu, yang selalu paksa kamu untuk sayang sama mas, yang selalu paksa kamu untuk percaya sama perkataan mas. Mas ga akan ganggu lagi. Mungkin kita juga ga bakalan ketemu lagi"
"mas jangan bilang gitu. Mas selama ini ga salah. Dina yang salah mas. Dina selalu kasar sama mas"
"kamu ga salah Din. Mas sayang sama kamu. Walaupun mas ga tau kamu sayang atau engga sama mas. Mas mau kamu simpan mas jadi kenangan terindah kamu." Dimas pun memejamkan matanya, air matanya mengalir. Seketika itu juga tangannya yang menggenggam tangan Dina terkulai lemas. Kamar itu pun di penuhi dengan isak tangis dan jeritan memanggil namanya.

***
Dina merasakan penyesalan yang luar biasa di hatinya. Ini adalah pertemuan terakhirnya dengan orang yang pernah tulus menyayanginya. Tapi dia membalasnya dengan rasa sakit hati yang diberikannya kepada orang itu. Tiba-tiba ia teringat dengan janji Dimas untuk menemuinya di rumahnya siang ini. Dia pun langsung segera menuju ke rumah lamanya.

Tepat di teras rumahnya dia melihat sebuah Teddy Bear berwarna ungu di letakkan di depan pintu rumahnya. Dan dia pun segera mengambil boneka itu dan memeluknya sambil menangis. Dia mengambil secarik kertas yang terletak di dekat boneka itu yang bertuliskan:

Jangan pernah sedih,
Karena kau terlalu mencintaiku..
Jangan pernah sedih,
Karena kau merasa kehilangan aku..
Jangan pernah sedih,
Karena kau tak sanggup melupakan aku..
Maka jangan menangis,
Saat aku meninggalkan mu..
Dan ingatlah waktu-waktu terbaik yang pernah kita lalui.
Maka kau akan bangga karena kau mengenalku.
Karena aku hanyalah batu pijak bagimu saat kau ingin melompat lebih tinggi..

Dina, mas minta maaf untuk selama ini mas selalu ganggu kamu. Mas juga ga nepati janji-janji mas. Jujur mas sayang sama kamu, tapi mas juga bingung gimana yakinkannya ke kamu. Kamu susah buat percaya sama mas. Mungkin itu salah satu tanda kalo kita ga bisa bersama. Dina, maksih ya udah pernah ngisi hati mas. Love you, "Manja ku" :)

Tangis Dina semakin keras, ia sungguh-sungguh merasakan penyesalan di dalam hatinya. Ia hanya bisa mengenang saat-saat indah bersama Dimas. Ia takkan pernah bertemu dengan Dimas lagi. Ia hanya bisa menyimpan Dimas di dalam kenangannya.

** The End **

Sebuah cerpen remaja tentang cinta dan kesedihan yang kadang sering terjadi pada kehidupan asmara remaja jaman sekarang. Cerita sedih tentang cinta yang bisa jadi inspirasi. Disalin Widyadara dari sumber Facebook.com.
Advertisement

Share This:

 
Top