*Cerpen Tentang Perkenalan Di Facebook

Advertisement
Widyadara » Cerita Pendek Tentang Facebook - Cerpen Tentang Perkenalan di Facebook: Dunia Internet atau Dunia Maya saat ini mungkin udah jadi kebutuhan sehari-hari para remaja. Banyak remaja jaman sekarang yg terhipnotis dan autis dengan dunia maya, seperti: Facebook, Twitter, Blog, Camfrog, Chatting Online, dan berbagai jejaring sosial di dunia maya, mulai dari perkenalan, hubungan, sampai pertemuan. Tapi kita mesti hati-hati loh.

Yaps, karna gak sedikit juga sobat kita yg pernah ngalamin hal negative atau bahkan hal buruk tentang dunia maya, khususnya facebook. Nah, biar kamu gak ngalamin juga, jadi mesti hati-hati yah.
Seperti sebuah cerita pendek tentang perkenalan facebook berikut yang mungkin bisa jadi pembelajaran buat kamu dan sobat semuanya. Silahkan langsung dibaca aja deh..

Cerpen Tentang Perkenalan di Facebook

"Cerita Fani"
(By: Alkaromainy)

***
"Pokoknya kamu harus ikut!!" Kak Reni berteriak dengan nada memaksa.
"Tapi kan aku lagi banyak tugas, Kak," jawabku dengan muka memelas.
"Itu gampang. Nanti Kakak bantu ngerjain, plus coklat silverquin, gimana...?" Kak Reni merayu sambil tersenyum.

Ah, mendengar kata coklat langsung saja aku mengiyakan. Sejak dulu memang kak Reni selalu tahu apa yang menjadi kesukaanku.
"Oke deh Kak, Fani ikut," kataku dengan senyum manis, kemudian melanjutkan. "Tapi coklatnya dua batang ya?"

"Iiiih,, dasar tukang peras," kata Kak Reni sewot. Kemudian dia pura-pura seperti berpikir dan menimbang-nimbang, lalu berkata, "iya deh…, tapi nggak tambah apa-apa lagi ya?"

"Horee.., iya Kak," aku bersorak kegirangan. Kapan lagi dapat coklat dua batang gratis dari Kak Reni. Biasanya dia pelitnya minta ampun.
Niat Kak Reni mengajakku sebenarnya sudah diungkapkan seminggu yang lalu. Kak Reni mengajakku ke Mall Plas, untuk bertemu dengan kenalannya dari dunia maya. Sejak sebulan lalu, akun Facebook kak Reni berteman dengan cowok usia SMA. Namanya Dion. Berikutnya tiap hari Kak Reni berbalas komentar dengan Dion itu.

Rupa-rupanya Kak Reni dan Dion saling cocok dalam berkenalan. Akhirnya mereka janjian untuk bertemu hari ini. Karena sejak kecil Kak Reni pemalu sekali, sudah dipastikan tidak akan berani bertemu Dion sendirian. Alhasil, dengan coklatnya dia berhasil memintaku menemaninya.

***

"Hai, kamu pasti Reni ya?" Sapa cowok berbaju kotak-kotak yang baru datang.
"I...iya..., ah, Kak Dion ya?" Tergugup Kak Reni menjawab sapaan tiba-tiba itu.
"Iya dong, ini siapa Ren..?" kata Dion sambil menunjukku.

"Ah..ya,..sampai lupa. Kenalkan ini Fanni, adikku satu-satunya Kak," jawab Kak Reni.

"Salam kenal Fani, namaku Dion. Teman fesbukan kakakmu..," sapa Dion kepadaku.

"Salam kenal juga,," aku menjawab tidak terlalu respek.

Kak Reni menyenggol sikutku sambil sedikit mendelik. Aku tahu maksudnya pasti supaya aku lebih hormat sama Dion. Tapi terus terang sejak bertemu tadi aku sudah tidak punya sikap baik untuk ditampakkan ke Dion. Bahkan rencananya nanti aku akan bilang Kak Reni supaya tidak berteman dengan Dion, sikapnya mencurigakan. Selanjutnya aku hanya diam sembari menikmati jus jambu biji kesukaanku. Sedangkan mereka, Kak Reni dan Dion, berbincang-bincang.
Setelah mereka berdua ngobrol ngalur ngidul.

"Oiya Ren, Kak Dion lupa bawa HP nih, boleh ndak pinjem sebentar punya Reni, atau Fanni? Ada teman yang janjian sama Kak Dion. Penting," pinta Dion memelas.

Dengan sigap kak Reni mengeluarkan dan menyodorkan Blackberrynya. Baru sebulan lalu dibelikan Papa untuk hadiah juara kenaikan kelas Kak Reni.
"Boleh Kak, pake aja hape Reni. Pulsanya masih ada koq, ndak usah diganti," jawab kak Reni.

Ih, aku sebel deh sama Kak Reni. Baik banget sama Dion, padahal kan baru kenal. Kalau aku yang pinjam, pelit banget. Baru dipakai-lah, baterainya habis-lah, bermacam alasannya.

"Reni baik deh...," kata Dion tersenyum manis. Menurutku malah semakin menyebalkan.
Dion mengambil BB Kak Reni dan memencet tombolnya, kemudian sepertinya menelpon.

"Sebentar ya Ren, disini agak berisik...," kata Dion sambil berdiri dan menjauh dari meja.
"Iya Kak, santai saja," jawab Kak Reni sembari menyeruput shake-nya.

Dion berdiri agak menjauh, seperti akan mencari tempat yang lebih sepi. Aku masih melihat ke arah Dion ketika dia kemudian semakin jauh dan akhirnya berlari kencang, dengan BB Kak Reni masih di tangannya.

"Kak, lihat ... Dion kabur Kak,...," aku teriak sambil menarik lengan Kak Reni mengejar.
Kak Reni dan aku dengan tergopoh-gopoh berlari, terengah mengatur nafas, dan hasilnya Dion sudah bablas membonceng motor temannya yang rupanya sudah bersiap sejak awal. Kulihat wajah Kak Reni yang seperti mau menangis bercampur kehabisan nafas seperti hendak pingsan. Sungguh tidak tega melihatnya seperti itu.

****

"Sebuah pelajaran serta pengalaman yang sangat berharga untuk kita semua," kata Papa. Papa membuka percakapan di ruang keluarga. Beberapa saat yang lalu aku telah menceritakan semuanya pada Papa. Sedangkan Kak Reni masih syok, belum bisa banyak ngomong.

"Masih untung, hanya hape BB Reni yang hilang, bukankah kita banyak mendengar berita akhir-akhir ini banyak penculikan bahkan pelecehan seksual oleh teman yang baru saja kenal di jejaring sosial macam fesbuk?" Lanjut Papa.

Kak Reni hanya mengangguk sambil tetap tertunduk. Aku ikut mengangguk setuju. Mengapa kemarin tidak terpikirkan ya? Bukankah begitu banyak kasus kejahatan karena FB alias Facebook alias fesbuk.

Mama yang sejak tadi hanya menyimak akhirnya ikut bicara.
"Sudahlah Pa, anak-anak kita, Reni khususnya, pasti sudah mengambil pelajaran berharga dari kejadian ini. Reni dan Fani pasti akan lebih berhati-hati kelak. Masalah BB yang hilang itu biarlah, mungkin memang bukan rejeki kita…," kata Mama dengan wajah dan senyum sedih.

"Papa setuju dengan Mama. Baiklah dua putriku tersayang. Paling tidak kalian mendapat pelajaran. Bahwa berteman dan bersahabat itu sangat baik, akan tetapi tidak semua orang di luar sana itu baik. Jangan terlalu mudah percaya, atau mudah mempercayakan barang berharga kita kepada teman yang baru saja dikenal," Papa menghela nafas sebentar dan kemudian melanjutkan.

"Baiklah, Papa dan Mama yakin kalian sudah belajar. Sekarang ganti topik, hari ini sepupu jauh kalian dari Bandung datang. Kesini Nak, bergabung bersama kami…," Papa berteriak memanggil sambil tersenyum aneh. Aku mencoba mengingat-ingat, memang sih kami punya sepupu Bandung, tetapi sudah lebih lima tahun tidak bertemu, seperti apa wajahnya sekarang.

Dengan tersenyum lebih aneh pula, seorang anak laki-laki keluar dari kamar tidur tamu. Wajahnya sangat tidak asing membuat Kak Reni dan aku terperanjat. Dia adalah Dion, yang telah mencuri BB kak Reni. Kemudian dia menyapa aku dan Kak Reni.
"Hai Reni, Fani. Maafkan Kak Adi ya, atau.... beberapa jam lalu namaku masih Dion. Saya hanya menjalankan skenario Papa dan Mama kalian untuk memberi pelajaran. Ini BB Reni saya kembalikan."

Dan kami semua tertawa. Aku bahkan tertawa paling keras, ternyata ini semua rencana Papa, Mama dan Dion. Hanya Kak Reni yang sedikit sewot, tapi sudah ceria kembali.

---***---

Nah, lumayan seru kan cerita pendek tentang Facebook diatas. Walaupun simple, tapi bisa jadi pembelajaran buat kita dan kalian, terutama buat para cewek. Jangan gampang percaya sama seseorang yg baru kenal di Dunia Maya. Disalin Cerpen Remaja Widyadara dari berbagai sumber Facbook.com dan Google.co.id. Baca juga Cerpen Tentang Sahabat Jadi Cinta.
Advertisement

Share This:

 
Top